Kamis, 04 Februari 2010

Kembali ke Banyuwangi

Kembali di Banyuwangi ada rasa yang berbeda. Hawa yang dingin menusuk tulang (hiperbolis banget), menjadikan bumi Blambangan itu berbeda dari sebelum2nya. Efeknya, hidungku terasa ada yang menyumbat, sepertinya tak rela jika aku bernafas dengan tenang. Gumpalan lendir encer itu serasa nyaman berdiam di rongga hidungku. Ya encer, saking encernya, ia mudah menetes. Sangat mengganggu bukan? coba bayangkan dan rasakan, ketika kamu sedang berusaha berkonsentrasi, tetapi hidungmu tidak mau kompromi. Ujung-ujungnya ya tergeletak tak berdaya.. Kulihat disekeliling, tak ada piranti atau utiliti untuk mengusapnya. Teringat bak mandi di kamar mandi. Tetapi pikiran normalku mulai bekerja. Masa di tampung dengan alat cucian itu?? Ah, biarlah ia senang mengerjaiku, tak apalah. Menyenangkan orang adalah bagian dari ibadah. Tapi ini bukan orang kawan?? Ini benda.. Ini lendir.. Ini virus, yang kudu dibuang.. Gimana2 ya harus dienyahkan dari hidungku. Kalau bisa dari bumi pertiwi ini..

Sebentar-sebentar, aku khan sedang bertugas di puskesmas-puskesmas. Dekat dengan bahan penangkalnya alias obat. Oh iya, tadi di dinas kesehatan aku diberi satu paket vitamin B kompleks, katanya untuk imunitas. Paling kasihan melihat aku melawan ganasnya pilek yang tak berkesudahan. Setiap detik kulalui dengan bunyi "srut.. srut..". Ditambah aktivitasku saat itu yang berada di ruang ber-AC lumayan dingin. Menambah kompleksnya keadaanku..

Di puskesmas aku juga sempat diberi beberapa butir Paracetamol dan CTM. Lho pak, ini khan obat panas dan obat alergi alias obat tidur? "Iya, biar cepat tidur mas, bangunnya pasti seger", katanya. Ok lah kalo begitu. Terima saja, gak ada salahnya. Tapi orangnya terus saja melihat. Ah, kudu diminum rupanya biar perhatian orang puskesmas itu beralih dariku. Benar juga, setelah minum setenggak, barulah ia menoleh ke arah yang lain (pemaksaan yang halus rupanya). Sebelum beranjak dari situ, aku sempat diberi beberapa pesan, "mas, CTM-nya diminum satu aja, jangan semua..". Ya iya lah, aku masih ingin hidup lama..

Tapi bukan itu semua yang membuat berbeda. Kerinduan dengan Surabaya-lah yang membuat ini lain dari biasanya. Kerinduan aktivitasnya, orang-orangnya, nuansanya, semangatnya, impian-impiannya. Terutama kerinduan dengan seseorang yang menjadi pujaan hati. Semoga ku tak berlama-lama di kota Minak Jinggo dilahirkan dan dibesarkan ini..

1 komentar: